BANYAK orang masih mengandalkan makanan cepat saji untuk asupan hariannya.
Jika Anda termasuk salah satu dari mereka yang hingga saat ini masih mengkonsumsi makanan cepat saji, ada baiknya Anda mengetahui hasil dari penelitian yang dilansir oleh The American Journal of Cardiology berikut ini.
Dengan hanya menikmati masakan cepat saji setidaknya satu kali dalam seminggu mengakibatkan kenaikan lemak dalam darah dan mengalami peningkatan berat badan.
Dengan bertambahnya berat badan, semakin membuka peluang tubuh Anda terkena diabetes.
John Spertus, Profesor Universitas Missouri, Kansas, lewat penelitiannya kepada sekitar 3,000 remaja. Menunjukkan semakin sering orang tersebut mengkomsumsi masakan cepat saji akibatnya bagi tubuh adalah peningkatan berat badan dan resiko diabetes.
Kondisi lebih buruk yang terjadi di Amerika Serikat sekarang ini adalah banyak dari penderita penyakit jantung tetap kembali mengkonsumsi makanan cepat saji setidaknya satu kali dalam seminggu. Spertus menemukan 503 dari 2.500 pasien serangan jantung yang tersebar di Amerika kembali mengkonsumsi makanan cepat saji.
“Orang-orang tersebut sepertinya lebih suka meningkatkan resiko dan tidak mau menyetujui rekomendasi diet yang dianjurkan oleh the American Heart Association,” ujar Spertus.
The American Heart Association juga menganjurkan agar mengkonsumsi daging tanpa lemak dan sayuran dan juga menghindari makanan berlemak jenuh tinggi dan trans fat, sodium dan kolesterol seperti burger keju dan makanan yang digoreng.
Dengan hanya menikmati masakan cepat saji setidaknya satu kali dalam seminggu mengakibatkan kenaikan lemak dalam darah dan mengalami peningkatan berat badan.
Dengan bertambahnya berat badan, semakin membuka peluang tubuh Anda terkena diabetes.
John Spertus, Profesor Universitas Missouri, Kansas, lewat penelitiannya kepada sekitar 3,000 remaja. Menunjukkan semakin sering orang tersebut mengkomsumsi masakan cepat saji akibatnya bagi tubuh adalah peningkatan berat badan dan resiko diabetes.
Kondisi lebih buruk yang terjadi di Amerika Serikat sekarang ini adalah banyak dari penderita penyakit jantung tetap kembali mengkonsumsi makanan cepat saji setidaknya satu kali dalam seminggu. Spertus menemukan 503 dari 2.500 pasien serangan jantung yang tersebar di Amerika kembali mengkonsumsi makanan cepat saji.
“Orang-orang tersebut sepertinya lebih suka meningkatkan resiko dan tidak mau menyetujui rekomendasi diet yang dianjurkan oleh the American Heart Association,” ujar Spertus.
The American Heart Association juga menganjurkan agar mengkonsumsi daging tanpa lemak dan sayuran dan juga menghindari makanan berlemak jenuh tinggi dan trans fat, sodium dan kolesterol seperti burger keju dan makanan yang digoreng.
Dalam penelitiannya ini Spertus tidak merancang untuk menunjukkan bahwa penyebab penyakit jantung adalah sepenuhnya dari mengkonsumsi makanan cepat saji.
Namun, bagaimanapun juga menurut the National Institutes of Health lemak jenuh dan kolesterol di makanan tersebut dapat meningkatkan kolesterol dalam darah meningkat dan meingkatkan kemunkinnagn dengan permasalahan pada jantung.
Untuk mengatasi kecenderungan kosumsi makanan cepat saji yang masih tinggi, Sue Hensley, juru bicara The National Restaurant Association, membuktikan bahwa sajian makanan cepat saji tidak hanya berisi burger dan kentang goring.
“Kami akan lebih menawarkan buah-buahan dan sayuran yang sehat di restoran” ujar Hensley. Dan sajian yang dimaksud termasuk salad, biji gandum dan susu rendah lemak.
Namun, bagaimanapun juga menurut the National Institutes of Health lemak jenuh dan kolesterol di makanan tersebut dapat meningkatkan kolesterol dalam darah meningkat dan meingkatkan kemunkinnagn dengan permasalahan pada jantung.
Untuk mengatasi kecenderungan kosumsi makanan cepat saji yang masih tinggi, Sue Hensley, juru bicara The National Restaurant Association, membuktikan bahwa sajian makanan cepat saji tidak hanya berisi burger dan kentang goring.
“Kami akan lebih menawarkan buah-buahan dan sayuran yang sehat di restoran” ujar Hensley. Dan sajian yang dimaksud termasuk salad, biji gandum dan susu rendah lemak.
Sejak setahun lalu, seluruh restoran cepat saji di Amerika Serikat, akan segera memuat informasi mengenai kalori, sodium dan asupan gizi lannya. Hal ini sesuai permintaan The Major Health Care Law.
Kita tunggu saja restoran di Indonesia akan melakukan hal yang sama seperti di Amerika Serikat.